Harap-harap cemas. Itu yang sedang saya rasakan kemarin, tadi pagi sampai saat ini. Kenapa bisa begitu, ada dua penyebabnya. Pertama, saya memang sedang dalam masa menunggu hasil inseminasi tanggal 9 Juni 2008 lalu. Kira-kira jadi, nggak, jadi, nggak ya. Deg degan nih. Perasaan sih jadi, tapi mungkin juga nggak, lho...
Terus yang kedua, tadi pagi saya sempet-sempetin nonton perempat final Euro 2008 walau cuma di 15 menit terakhir. Partai Italia vs Spanyol itu tampak menjemukan karena hingga babak extra time 2x15 menit, kedudukan masih skor kacamata! Akhirnya pemenang harus ditentukan melalui adu pinalti. Sebenernya buat saya, mo Itali mo Spanyol yang menang gak ada bedanya. Tapi kenapa saya sewaktu tendangan pinalti mau dimulai rasanya deg degan banget. Walo begitu, Spanyol akhirnya yang melaju ke babak selanjutnya. Sedikit lega juga perasaan saya karena Spanyol memang pantas menang mengingat track record Spanyol di Euro kali ini jauh lebih baik dari Italia. Bravo Casillas!
Monday, June 23, 2008
H2C
Thursday, June 19, 2008
The Journey to Become a Mother
Sejak awal tahun 2008 ini, Februari kalo gak salah, saya dan suami kembali rutin berkonsultasi dengan dokter kandungan. Atas saran Tammy, teman saya di kantor dulu, aku dan suami memilih dr. Enud Surjana di RS Asri, Duren Tiga. Sebelumnya, sejak menikah Agustus 2005 hingga akhir 2007, saya punya pengalaman konsultasi dengan dr. Sofie di RS Hermina Bandung (yang memvonis BO pada kehamilan pertama saya), kemudian Prof. dr. Firman di Apotek Bonafarma/RSHS Bandung (pemberi second opinion dan yang melakukan tindakan kuretase pertama kali), lalu dr. Diapari Siregar di RS Jakarta (pemeriksa kehamilan saya yang kedua dan yang melakukan tindakan kuretase pada kehamilan kedua, dan menyarankan saya tes darah khususnya ACA), dr. Reza di Pamulang (yang menemukan kalo detak jantung janin saya berhenti pada minggu ke-9 kehamilan kedua). Setelah melakukan tes darah, memang ACA saya cukup tinggi, dan dokter mengambil kesimpulan sementara, itulah penyebab saya mengalami 2 kali keguguran.
Pelayanan di RS Asri saya nilai 8,5 dari skala 10 dan pelayanan dokternya saya nilai 8 dari skala 10. Frontliner, suster dan dokternya ramah. Kalo mau konsul/berobat tinggal telepon untuk menjadwalkan, dan urutan antriannya dengan sistem first come first serve. Tapi memang tarifnya muahal rek… untuk ukuran kantong keluarga saya. Pada bulan-bulan awal, tarif konsultasi dr.spesialis besarnya Rp.250.000,- (diluar USG, obat penunjang, dll). Beberapa bulan kemudian, naik menjadi Rp.350.000,-. Sampe plafond rawat jalan dari kantor aja gak cukup!
Urutan-urutan Diagnosa/Tindakan
19 Februari 2008
Diagnosa dari dr. Enud pada awalnya adalah ada infeksi di rahim dan menyebabkan rahim miring ke kiri, dan saya belum boleh hamil dulu sebelum sembuh infeksinya. Oleh karena itu saya dianjurkan untuk melakukan terapi Diatermi selama 7 kali berturut-turut tanpa terputus. Sebelum dilakukan Diatermi, saya selalu disuntik Antibiotik (mereknya lupa) di (maaf) bokong terlebih dahulu. Alhasil, menjadi kebiru-biruan selama ± 7 hari. Tarif Diatermi kalo gak salah Rp.60.000,-/tindakan, tidak termasuk obat antibiotik, spuit dan jasa suntik. Antibiotik suntiknya ± Rp.10.000,- per ampul.
26 Februari 2008
Setelah selesai menjalani terapi Diatermi, saya dan suami kembali lapor ke dr. Enud. Beliau menemukan masih ada sisa infeksi dan saya diberi resep beberapa obat antibiotik untuk 1 minggu, salah satunya vaginal use. Harganya saya lupa.
4 Maret 2008
Setelah obat antibiotik habis, saya dan suami kembali konsultasi. Hasilnya Alhamdulillah, infeksi sembuh. Lalu dokter melanjutkan programnya, yaitu saya dianjurkan untuk menjalani serangkaian tes darah dan HSG. Suami saya pun dianjurkan melakukan tes sperma. Saya menjalani tes darah di Klinik Yasmin RSCM dan suami melakukan tes sperma di Makmal UI. Sedangkan HSG dilakukan di RS MMC. Catatan untuk Klinik Yasmin, duh disini pegawainya jutek abis, mulai dari frontliners sampe suster. Bawaan instansi pemerentah kali ya, maklum deh. Dan yang pasti, mesti cash and carry alias gak terima gesek. Jadi kalo ada urusan dengan Klinik Yasmin, mending telpon dulu tanya biayanya, siapin cash, baru datang. Catatan untuk HSG, walaupun saya sudah banyak mendapat informasi tentang rasanya HSG dan mempersiapkan diri untuk merasa sakit, namun sewaktu menjalaninya sendiri, rasanya suakit banget... jari-jari tangan dan kaki saya sempat kram dan gak bisa digerakin selama ± 15 menit, bahkan susternya sempat memasang selang oksigen di hidung saya. Hehe susternya agak panik juga melihat saya seperti orang kejang. Biaya tes sperma di Makmal UI ± Rp.265.000,-. Sedangkan tes darah sesuai rujukan dokter saya ± Rp. 1,6 juta atau Rp.2,1 juta, saya agak lupa. Untuk HSG di MMC tarifnya ±Rp.500.000,-.
23 Maret 2008
Hasil serangkaian tes saya dan suami siap kami konsultasikan ke dokter. Secara ringkas sebagai berikut :
- bentuk uterus normal dan kedua tuba patent
- hasil untuk rubella, tokso, herpes, seluruhnya baik
- hasil untuk ACA igM tinggi (21,5 dari normal <12,5)
- daya tahan baik
- progesteron rendah (2,8 komentar dokternya sih tidak bertelur)
- prosentase sperma yang bergerak lurus kurang dari normal
Khusus untuk ACA, sejak November 2007, saya berkonsultasi rutin dengan Prof. Dr. Karmel Tambunan, hematolog di RS PGI Cikini. Kebetulan hematolog tersebut juga yang direkomendasikan oleh dr. Enud. Setiap bulan, oleh Prof. Karmel, saya diberi resep Ascardia, Simarc dan Asam Folat. Tarif konsultasi ke Prof. Karmel Rp.145.000,- per 5 menit hehe soalnya kalo konsultasi memang cuman 5 menit meskipun antrenya bisa 5 jam.
Berdasarkan hasil tersebut, kemudian dr. Enud memberi saya resep untuk program hamil yaitu Ovestin (h1), Femara (h3), Profertil (h3). Lalu pada h12/13 saya dijadwalkan menjalani USG folikel untuk mengetahui perkembangan folikel. Apabila mencapai ukuran diameter >18”, artinya folikel siap dipecahkan untuk kemudian mengeluarkan sel telur. Lalu baru dapat dilakukan pembuahan melalui hubungan normal (campur suami istri) atau inseminasi.
April - Mei
Tadinya mau memulai program di siklus April-Mei. Tapi nebus obatnya gak sempat euy. Termasuk lom ada modal juga sih hehe. Next month deh, nabung dulu.
25 Mei 2008
Feeling saya udah mau ’dapet’ nih tanggal-tanggal segini. Udah ada flek-flek juga. Kalo gitu obat mesti ditebus hari ini juga. Pertama-tama saya telepon ke Klinik Yasmin bagian farmasi. Ternyata mereka gak terima resep dari dokter luar. Saya pun dikasih nomor telepon Apotek Megaria. Kemudian saya telpon Apotek Megaria, Alhamdulillah obat-obatan yang saya cari lengkap tersedia dan biayanya ± 600.000,- an. Siang itu juga saya meluncur ke Apotek Megaria, tepat di atas Hero Megaria.
26 Mei 2008
Hari ini hari pertama siklus haid saya, yang ditandai dengan keluarnya darah segar berwarna merah dalam jumlah cukup banyak. Saya baru tau setelah tanya ke suster di RS Asri, bahwa haid pertama dihitung dari keluarnya darah segar berwarna merah dalam jumlah cukup banyak. Bukan dari keluarnya flek-flek coklat atau darah segar tapi sedikit. Oo gitu yang sus, ternyata.... Ya dimulailan program kesuburan saya.
7 Juni 2008
Hari ini hari ke-13 sejak h1. Saya dan suami meluncur ke RS Asri dan sampe di tempat jam.7.30. Ternyata kami dapat nomer urut 4. Lumayan deh, gak terlalu lama antre. Berdasarkan pengamatan saya, pasien dr. Enud rata-rata membutuhkan waktu ±15 menit berkonsultasi. Satu jam sejak dokter datang, tibalah giliran saya. Mungkin karena saking banyaknya pasien sehingga gak hapal satu persatu, dokter selalu membaca riwayat medik saya dari awal lagi. Sedikit wasting time juga sih, karena kepentingan saya sudah jelas, yaitu untuk USG folikel h12/13. Nyaris saja dokter mengulangi resep program hamil apabila saya tidak mengingatkan bahwa resep tersebut sudah pernah dia berikan. Hehe saya mungkin bisa saja menginterupsi dari awal, tapi kok nyela orang tua rasanya gak etis... tapi ternyata, dia agak menggerutu juga ketika tau resep yang sedang dia tuliskan itu sia-sia, duh maap ya dok.
Ketika di USG tampak ada beberapa folikel di saluran sebelah kiri. Namun belum ada yang mencapai diameter 18”. Hasil tersebut menurut dokter belum memenuhi syarat untuk terjadinya pembuahan. Walaupun demikian, dokter masih punya cara lain yaitu saya diberi suntikan Gonal F. Saat itu juga saya disuntik Gonal F pada bagian perut. Rasanya...ya gitu deh, sedikit perih ketika obatnya mulai menjalar di pembuluh darah kita. Harganya Rp.600.000,-. Wuiih lagi-lagi.... tapi kami sudah setengah jalan nih.... Langkah selanjutnya adalah kembali konsultasi pada keesokan harinya untuk melihat perkembangan folikel.
9 Juni 2008
Karena tanggal 8 Juni kemarin dr. Enud berhalangan memeriksa saya, maka saya datang lagi hari ini. Degdegan juga menunggu giliran di USG. Btw, karena hari kerja, saya dan suami sampe ke lokasi jam 8. Alhasil saya dapat nomor urut 10! Wah kebayang kami baru akan dipanggil jam 12 siang nanti. Setelah penantian yang cukup panjang, jam 12.45 (lebih lama dari perkiraan saya), nama saya dipanggil.
Ketika di USG, tampak di saluran kiri adalah 3 folikel dan ukurannya ada yang >18”. Kemudian di saluran kanan, ternyata ada 4 folikel dengan ukuran yang besar-besar. Tampaknya saluran kanan lebih subur makmur dari sodaranya yang di sebelah kiri. Dengan hasil itu, dokter memberi pilihan kepada kami, apakah mau campur atau inseminasi. Tapi jelas terlihat kalo dokter lebih mengarahkan kami untuk inseminasi. Saya sempat berbisik kepada suami, pilihan mana yang akan kita ambil. Suami cuma bengong kebingungan. Duuh saya pun memantapkan diri untuk meneruskan perjuangan secara medik. Saya mengambil pilihan inseminasi dan siang itu juga saya disuntik Pregnyl untuk keperluan memecahkan folikel. Saya dijadwalkan inseminasi pada tanggal 10 Juni 2008 besok jam 4 sore.
10 Juni 2008
16:00
Saya sampai di lokasi tepat pukul 4 sore. Suami sampai 15 menit kemudian. Setelah sholat Ashar di Musholla, saya dan suami menuju kamar untuk ambil sperma. Di kamar yang mirip kamar deluxe hotel nan dingin itu ada perangkat TV lengkap dengan film BF dan toiletnya mewah banget. Hihihi saya dan suami tersipu malu dan malah tidak bisa konsentrasi mengingat di balik tembok kamar ada ibu saya yang turut mengantar saya. Padahal bibit yang diperlukan saat ini adalah bibit yang terbaik dan siap tempur. Dengan beberapa cara, akhirnya bahan yang dibutuhkan bisa tersedia juga.
18:30
Saya pun masuk ke ruangan inseminasi dan diposisikan oleh susternya siap ditindak. Di ruangan yang sama, di tempat tidur sebelah, ada pasien yang juga akan melaksanakan inseminasi, namanya Vita, orangnya cantik sekali. Akhirnya kami berkenalan dan saling bercerita tentang pengelaman masing-masing. Ternyata Vita pun pasien Prof. Karmel, namun dengan diagnosa Thalasemia. Inseminasi kali ini adalah yang kedua untuk Vita setelah yang pertama belum berhasil. Pukul 18:30 dr. Enud akhirnya datang dan langsung memulai tindakan inseminasi pada saya. Saya pun diarahkan untuk berdoa. Mengingat pengalaman saya sewaktu HSG dulu, saya menjadi agak tegang. Sepengetahuan saya, proses inseminasi ini hampir sama dengan HSG. Oleh karena itu, saya mencoba bernafas agak dalam dan membuangnya melalui mulut. Begitu terus berulang-ulang, mungkin jadi agak berisik juga. Dan karena saya nya kurang rileks, kateternya jadi sulit masuk tuba. Alhasil dokter agak kesal juga keliatannya, lalu mengambil langkah penjepitan. Waaaa penjepitan bikin perut saya semakin keram. Nafas saya semakin cepat hehe. Akhirnya kateternya mau masuk juga dan selesailah proses inseminasi. Setelah selesai melakukan tindakan, dr. Enud berkata, ”Saya tidak bisa apa-apa, kalau mau, berdoalah dan perbanyak Shalawat.” Yah, saya sadar banget bahwa pada akhirnya manusia hanya bisa berupaya dan berdoa, sedangkan Allah Yang Maha Pemberi Ruh lah yang punya kuasa. Ya Allah, apabila memang telah sampai waktunya, berikanlah pada kami kepercayaan untuk membesarkan keturunan yang sholeh dan sholehah. Amiin.
Setelah inseminasi, saya harus bedrest dulu selama 3 jam. Lalu sebelum pulang, saya dikasih resep obat vaginal use, katanya sih itu obat penguat kandungan, namanya Crinone. Keesokan harinya saya harus disuntik Pregnyl lagi satu kali. Konsul lagi ke dokter nanti pada waktu hari-1 haid berikutnya (hope not) atau setelah telah menstruasi lebih dari 5 hari (hopefully). Saran dari dokter pasca inseminasi, jangan lari-lari. Sedangkan kata suster, jangan naik tangga. Oh ya biaya yang saya keluarkan pada hari itu Rp.3 juta-an untuk proses inseminasi dan Rp.1 juta-an untuk pregnyl dan crinone.
19 Juni 2008
Hari ini hari ke-10 sejak inseminasi. Rasanya semakin degdegan. Selama masa menunggu ini saya rajin browsing informasi seputar inseminasi dan kandungan. Thread terkait masalah tersebut tak luput dari penjelajahan. Tapinya, semakin banyak tau malah bikin saya semakin degdegan dan semakin stress... padahal malah gak boleh stress ya. Saya hanya berisitirahat di rumah satu hari setelah insem, karena hari-hari berikutnya saya kembali berkegiatan. Tapinya tentu saya lebih berhati-hati. Kalopun harus ketemu tangga ya pelan-pelan, satu demi satu. Itu pun gak sering-sering.
Oh ya hari-hari pertama setelah insem, yang kerasa itu mual. Hari-hari berikutnya di perut mulai kerasa kram, senut-senut gitu. Mungkin karena dipengaruhi sugesti juga, saya ngerasa puting saya agak sakit kalo disentuh. Karena semakin penasaran apakah saya hamil, akhirnya pagi ini saya coba tes Sensitive. Walaupun mungkin memang belum waktunya. Saya pun dengan bersemangat ambil sampel urine, dan 1 menit kemudian...yang tampak hanya satu strip. Huaaaaa, sejenak saya termenung, sedih. Kemudian saya langsung memberi tahu suami tentang hasil testpack itu. Suami dengan sabar menenangkan saya,”Mungkin kita berdoanya kurang. Makanya, yuk berdoa terus.” Ya sih, ikhtiar kami yang sudah maksimal untuk punya anak ini belum diimbangi dengan doa yang maksimal. Masih ada waktu berdoakah sampai dengan jadwal siklus menstruasi saya tanggal 24-28 Juni nanti? Jawabannya : Pasti selalu ada waktu untuk berdoa!