Wednesday, December 31, 2008

Fokus pada Hal-hal yang Menguatkan (Resolusi 2009)

Fokus pada hal-hal yang menguatkan, mengutip tips super Pak Mario Teguh. Saat ini, nasihat tersebut terbilang pas untuk menjalankan aktifitas sehari-hari dengan nyaman namun tetap berorientasi pada percepatan kemajuan. Setidaknya manjur untuk saya. Selama hampir tujuh tahun masuk dalam dunia kerja profesional, saya rasakan energi habis namun capaiannya belum memuaskan. Baru beberapa waktu lalu saya menemukan kemungkinan-kemungkinan penyebabnya. Salah satunya adalah energi banyak diserap oleh hal-hal yang tidak mengarahkan pada tujuan. Atau dengan kata lain memberikan terlalu banyak perhatian pada hal-hal yang melemahkan. Antara lain, membiarkan pikiran dipenuhi asumsi mengenai opini orang lain tentang saya. Padahal, selain menyiksa diri, asumsi-asumsi tersebut mungkin saja salah. Hal tersebut telah sukses menjadi penghambat dalam berpikir dan bertindak kreatif serta menjadi penghalang untuk 'tampil' dan 'maju'. Selama satu bulan terakhir ini saya mengadakan sesi terapi untuk diri sendiri. Saya berusaha agar pikiran, pendengaran, pengucapan, dan tindakan adalah hal-hal yang menguatkan dan mengarahkan pada tujuan. Itu harus jadi resolusi di tahun 2009 dan seterusnya.

Satu hal yang tidak kalah penting, satu kata yang telah disebutkan pada bagian awal tulisan ini, yaitu percepatan. Fokus pada hal-hal yang menguatkan juga mengandung nilai percepatan. Melaksanakan aktifitas secara business as usual pada akhirnya juga akan mengantarkan pada tujuan. Tapi dalam dinamika kehidupan yang selalu lebih cepat dari yang pernah ada, saya pasti akan tertinggal dari yang lainnya. Tindakan yang sangat mendasar dari upaya percepatan adalah tidak menunda-nunda. Bagian ini memang sangat sulit diterapkan. Saya sudah memiliki perencanaan yang matang untuk suatu tujuan berisikan langkah-langkah yang harus dilakukan termasuk jadwal pelaksanaannya. Tetapi selalu meleset karena saya banyak melakukan penundaan, bahkan pada akhirnya membatalkan!

Satu lagi kata mutiara super yang manjur untuk menjaga keikhlasan hati dan ketenangan jiwa, Tuhan telah merencanakan segala sesuatunya untuk kita dengan sempurna. Setiap peristiwa terjadi dengan perencanaan-Nya yang matang, bukan kebetulan belaka. Nasihat ini menjadikan saya untuk terus (berusaha) ikhlas. Sedikit demi sedikit, kebiasaan tidak berpuas diri, membanding-bandingkan (dengan) orang lain dan menghitung-hitung rejeki orang dan kepantasannya, bisa dikurangi. Pikiran-pikiran seperti itu kan bikin capek ya.

Apakah super tips tersebut sekedar barang dagangannya Pak Mario? Pertanyaan tersebut mungkin pernah terlintas. Wah, ternyata super tips itu benar kok. Berdasarkan pengamatan pada orang-orang super yang saya temui, rata-rata mereka memiliki karakter dan perilaku yang fokus pada kekuatan dan hal-hal yang menguatkan. Di lingkungan kerja saya dimana nilai profesionalisme belum tertanam, ternyata ada orang super juga lho. Sebagian dari kita pasti bisa merasakan 'aura' orang yang berkualitas bukan? Dari hal-hal yang terlihat, seperti yang diucapkan dan yang dilakukan, kita bisa membedakan mana orang yang 'super' atau 'duper'. Ternyata, ke-super-an seseorang itu tidak dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman lho. Minimal itu kesimpulan saya pribadi berdasarkan observasi sehari-hari. Seorang profesor dengan pengalaman bergaul lama di luar negeri ada juga yang saya masukkan kedalam kategori 'duper'. Gak tau kenapa, seringkali pengucapan dan tindakannya yang saya rasakan negatif, tidak menginspirasi. Sungguh sayang. Sementara, seorang ibu rumah tangga, teman arisan di lingkungan rumah, justru saya nilai 'super'. Ibu itu memiliki kualitas dalam bercakap dan bertindak. Dia mampu memberikan energi positif kepada orang yang berbicara dengannya atau yang bekerja sama dengan dirinya.

Apakah selama ini terapi dari saya untuk saya itu berjalan mulus? Sejauh ini, setiap kali ada godaan yang melemahkan, saya menarik nafas dalam-dalam sambil mengingat-ngingat super tips diatas. Dalam penilaian saya, kemampuan saya mengelola emosi meningkat sebesar 30 sampai 50 persen. Saya memberi apreasiasi untuk diri saya. Tapi tentunya, tantangan di tahun mendatang bakal lebih heboh lagi. So, are we prepared enough for the challenging in the coming year?

No comments: