Friday, May 11, 2012

Another Journey with Fayruz

Hampir empat tahun setelah posting The Journey To Become a Mother. Masa-masa penantian yang....(bingung mencari kata yang pas). Pastinya, penuh rasa syukur karena perjalanan itu dinikmati bersama suami yang sabar. Ya memang harus sama-sama sabar. Terutama menghadapi pertanyaan dan pernyataan orang. Bagian yang itu emang perlu hati lapang dan kepala dingin. Kalau kebetulan kena ke hati, langsung saja berdoa mohon diberi momongan hehehe.
Dalam empat tahun ini, paling sedikit empat orang obgyn, satu terapist totok merangkap agen herbal berpangkat diamond, dua tukang pijat merangkap agen herbal, yang pernah kami datangi. Dalam kegelapan, pengambilan keputusan seringkali membabi buta. Termasuk kami yang sedang gigih berusaha memperoleh buah hati. Cenderung bereaksi cepat terhadap referensi yang dicap sukses. Gak sepenuhnya salah sih, karena buat punya anak ya semua boleh dicoba selagi sumber daya mendukung. Hanya saja, plis, buat agen herbal or madu or similar craps, yang lagi ngejar bintang tujuh, diamond, luxury car, kapal pesiar, jangan terlalu ngotot buat cari untung diatas keprihatinan orang lain. Informasi boleh saja, tapi jangan lebay dan penuh teror. Pengalaman saya sih those craps gak terlalu bermanfaat. Cukup lah makan makanan sehat, olah raga dan hindari stres. Klise tapi itu yang bener.
Menyambung kisah The Journey tersebut, yang tengah harap-harap cemas pasca inseminasi dengan Alm. Dr. Enud Suryana di RS Asri. Inseminasi itu belum berhasil. Kebetulan pada tahun 2008 itu juga lagi sibuk berat di kantor, maklum jadi anak baru lagi setelah hijrah dari dunia perbankan. Pelajaran dari kegagalan inseminasi itu, selain karena belum diberiNya, ketika berniat program kehamilan, perlu meluangkan waktu agak lama untuk mempersiapkan kondisi rahim dan membentuk mood yang baik untuk pembuahan. Sedangkan saya pada saat itu, pasca inseminasi langsung perjalanan dinas ke Solo. Meskipun kesempatan datang ke rumahnya Jokowi itu tidak saya sesali juga. Pasca kegagalan itu, sang terapist ahli totok merekomendasikan saya berobat ke Dr. Tengku Jacob di Klinik Sam Marie. Saya dan suami manut saja, kami pun meluncur ke Jl. Wijaya (kalo tidak salah) sepulang dari kantor. Dr. Jacob merujuk kami untuk melakukan serangkaian tes yang pernah kami lakukan untuk Dr. Enud. Walaupun kami tidak keberatan melakukan tes ulang, namun selalu tidak sempat karena urusan ini inu.
Bagaikan sebuah siklus dua tahunan, setelah kehamilan (walau berakhir gugur) di tahun 2005 dan 2007, pada bulan September 2009 saya kembali mendapat sinyal positif hamil. Berjuta rasanya. Langsung menuju RS Asri dan sowan ke Dr. Enud. Tapi berdasarkan hasil USG, perkembangan janin dinilai kurang baik. Sempat dipertahankan selama beberapa minggu. Demi mendapat second opinion, kami berkonsultasi ke Dr. (lupa) di Eka Hospital. Beliau berpendapat sama. Intinya embrio tidak berkembang. Kali itu rasanya sudah mati rasa, ya sudah lah. Tinggal menentukan mau dikuret dimana. Dengan pertimbangan ini hanya tindakan kuretase saja, kami memilih obgyn yang dekat dari rumah yaitu Dr. Taufik di RSIA Putra Dalima.
Ternyata rasa hancur-hancuran, depresi, justru datang pasca kuret. Inaf is inaf. Dari serangkaian tindakan konyol orang stres, mungkin yang ini termasuk konyol akut. Saya mengundurkan diri dari kantor dan keluar dari PNS begitu saja. Banyak yang menyayangkan, namun, suami bisa sabar menerima bahkan mendukung. Sambil nganggur, saya isi waktu dengan kuliah lagi di Depok. Selama itu pula saya berusaha nyeneng-nyenegin diri dan menghindari potensi perusak mood. Belajar bikin makanan sehat. Jalan-jalan ke tempat-tempat impian. Dampak positifnya, makin menikmati kehidupan di rumah dan kehidupan anak freelance cieee. Sambil meneruskan pengobatan pasca kuret dengan Dr. Taufik. Supaya rahim saya sehat kembali dan bisa memulai program hamil berikutnya. Entah kenapa, meski males-malesan, tapi kami selalu berusaha ngikutin jadwal konsultasi dengan beliau. Beberapa saran nya pun kami ikuti. Sejak kuret pada September 2009, akhirnya kami dinyatakan siap memulai program hamil pada November 2010. Dr. Taufik memberi tips waktu berhubungan pasutri untuk program hamil. Ya kita ikuti. Kami kembali bersilaturahim dengan dokter pada Januari 2011. Dan saatnya tiba pada Februari 2011, mengulang siklus dua tahunan, saya kembali positif hamil. Melihat riwayat kehamilan saya yang buruk, Dr. Taufik langsung merujuk saya untuk rawat inap selama lima hari. Duh, saya dihantui trauma. Pasrah menjalani setiap detiknya dengan tangan tertusuk jarum infus dan suntikan dua kali sehari. Dalam rangka memperkuat kandungan saya. Setelah lima hari, Alhamdulillah embrio tampak berkembang, ditandai dengan munculnya janin dalam kantung hamil dan sudah terdeteksi detak jantungnya. Mendengar detak jantung sang janin itu indah banget. Janin sebesar biji kedele itu hidup di dalam rahimku. Masyaallah.
Hari-hari di rumah benar-benar penuh proteksi. Bagai telur di ujung tanduk. Trimester pertama yang penuh kehati-hatian di tengah rasa mual dan suntikan setiap hari. Selama itu seluruh sumber daya dikerahkan untuk membantu saya karena aktifitas ke Depok tetap berjalan. Memasuki trimester kedua, ketegangan mulai berkurang. Saya mulai enjoy dengan kehamilan. Rasa mual mulai hilang. Selama itu Alhamdulillah, walau perawakan bumil tetap mungil, tapi janin berkembang. Memasuki trimester ketiga rasanya semakin cepat ingin lahiran. Gak sabar ingin ketemu anak. Mendekati hari lahiran, kami dan dokter sepakat lahiran secara SC. Alhamdulillah sekarang Fayruz sudah tujuh bulan dan masih mendapat ASI. Sekarang, The Journey To Become a Good Mother. Fase yang tidak lebih sulit, tidak lebih mudah, hanya berbeda.  

No comments: